Page 55 - MJ Edisi 02 2019
P. 55

KULINER


                                                                                     ika dibandingkan dengan pin-
                                                                                     dang ikan dari daerah lain, seper-
                                                                                 Jti Sumatera selatan, pindang ban-
                                                                                 deng  ala  Betawi cenderung unik. Selain
                                                                                 bahan baku yang digunakan yakni ikan
                                                                                 bandeng, kuah pindang bandeng ala
                                                                                 Betawi juga beda, kuahnya kecoklatan
                                                                                 dengan dominasi rasa asam yang segar
                                                                                 serta rasa manis dari penggunaan kecap
                                                                                 dalam kuahnya.  Proses asimilasi dari be-
                                                                                 ragam tradisi kuliner, termasuk seni ma-
                                                                                 sak Tionghoa yang berbaur di Bata-
                                                                                 via  saat  itu  diperkirakan  menyumbang
                                                                                 keunikan  pindang bandeng ala Betawi
                                                                                 ini.
                                                                                    Di Jakarta, pindang bandeng tidak
                                                                                 hanya di masak di dapur keluarga Chi-
                                                                                 na peranakan, tetapi juga di dapur-da-
                                                                                 pur  masyarakat  Betawi.  Pindang  ban-
                                                                                 deng  disajikan  sebagai  sayur  sekaligus
                                                                                 lauk pendamping nasi. Tidak diketahui
                                                                                 dengan pasti sejak kapan masyarakat
                                                                                 Betawi mulai menyajikan pindang ban-
                                                                                 deng di meja saji mereka. Namun sejak
                                                                                 pertengahan abad 19, mayoritas orang
                                                                                 Betawi sudah mulai bergabung meray-
                                                                                 akan dan makan hidangan khas peray-
                                                                                 aan Imlek, yakni bandeng dan dodol.
                                                                                       “Bandeng dalam perayaan Im-
                                                                                        lek di Indonesia lebih kepada
                                                                                          ikannya,” kata staf penga-
                                                                                            jar Program Studi Cina,
                                                                                             Fakultas  Ilmu  Pengeta-
                                                                                              huan Budaya, Univer-
                                                                                              sitas Indonesia, Albert
                                                                                               Roring.
                                                                                                  Ikan, lanjut Albert di-
                                                                                               baca yu. Dalam bahasa
                                                                                              Mandarin sama buny-
                                                                                              inya  dengan  kata ber-
                                                                                             limpah, yang artinya ti-
                                                                                            dak kekurangan makanan
                                                                                          atau kelaparan. ”Ada pep-
                                                                                        atah  nian nian you yu yang
                                                                                     merupakan  doa  supaya  kita  selalu
                                                                                 dikukuhkan rejekinya,” Albert menam-
                                                                                 bahkan.
                                                                                    Ikan mempunya arti penting dalam
                                                                                 budaya Tionghoa.  Secara geograf-
                                                                                 is, Tiongkok Selatan juga lebih cocok
                                                                                 melakukan tradisi makan ikan. Bandeng
                                                                                 di pilih karena ikan ini sudah banyak
                                                                                 dibudidayakan oleh masyarakat, teruta-
                                                                                 ma penduduk di Pulau Jawa sejak abad




                                                                                      Media Jaya Edisi 2 2019  55
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60