Page 59 - Media Jaya Edisi 9 2019
P. 59
RAGAM BETAWI
masyarakat betawi sebagai bentuk rasa Selain itu, masyarakat Tionghoa meng- petasan buatan asal Parung. Sekitar ta-
kegembiraan. Petasan juga bisa untuk gunakan petasan untuk kegiatan sep- hun 1980an, petasan asal Cina juga mu-
menunjukkan status sosial orang terse- erti tahun baru Imlek, cap go meh dan lai berdatangan di Jakarta. Hingga sek-
but. “Semakin banyak petasan yang di- pehcun (pesta perahu) serta berbagai arang, petasan impor asal Cina lebih
gunakan semakin dia mendapatkan pu- pesta rakyat lainnya. Kebudayaan ini banyak diijual dengan alasan lebih mu-
jian,” ujar Irwan. pun dicampur dengan masyarakat seki- rah.
Sebenarnya, kata Irwan, budaya me- tar. Alhasil, masyarakat Betawi juga tu-
ledakkan petasan sudah dilakukan ma- rut menggunakan petasan untuk acara- Larangan Menyalakan Petasan
syarakat betawi sejak tahun 1940 an. acara hajatan.
Kala itu, Jakarta masih sepi dan pen- Dahulu, Gang Petasan yang berada Pada zaman VOC, petasan telah di-
duduknya juga masih jarang. Jarak di Jalan Hayam Wuruk merupakan tem- larang sejak tahun 1650. Ini karena, pet-
rumah penduduk dengan tetangganya pat pembuatan petasan. Sayangnya, asan dianggap dapat membahayakan
terpisah jauh. Apabila ada warga yang tempat itu sering terjadi kebakaran aki- kebun-kebun milik tuan tanah, peruma-
hendak menggelar hajatan, menikah- bat ledakan petasan. Berkembanglah han dan Pemerintah.
kan anak, naik haji maupun khitanan, tempat pembuatan petasan di berbagai Pada 1971, Gubernur DKI Jakarta Ali
tentu akan mengundang tetangga yang daerah seperti Angke dan Jl Janghwee Sadikin membuat “pesta petasan” pada
rumahnya terpisah jauh tersebut. Untuk yang sekarang bernama Jl Teratai. malam Tahun Baru. Sayangnya, petasan
menghemat waktu, masyarakat betawi Pada zaman Belanda, petasan Je- itu ternyata membawa korban jiwa. Seki-
membunyikan petasan sebagai tanda pang banyak dijual di Glodok, Senen, tar 50 orang menjadi korban jiwa.
sedang ada pesta. Setelah mendengar Tanah Abang, dan Mester atau Jatine- Alhasil, Presiden Soeharto, pada 12
petasan, masyarakat akan berduyun- gara. Pada 1970an, petasan impor be- Oktober 1971, mengeluarkan instuksi la-
duyun menghadiri acara tersebut. rasal dari Jepang mulai mendominasi rangan terhadap petasan. Bahkan, pet-
petasan di Jakarta. Petasan impor itu asan yang beredar di Indonesia harus
Unsur Budaya Tionghoa memiliki suara ledakan yang lebih be- buatan dalam negeri serta ukurannya ti-
sar dibandingkan dengan petasan lokal. dak boleh lebih panjang 8 cm dan tidak
Pengamat sejarah Betawi Alwi Sha- Kala itu, petasan lokal didominasi oleh boleh berat dari 10 gram. has
hab mengatakan, mulanya petasan be-
rasal dari budaya Tionghoa. Pada abad
ke-18, VOC membawa para Tiong-
hoa itu ke Batavia. Kala itu, ada seki-
tar 50 ribu jiwa yang bermukim di Bata-
via. Mereka menjadi tenaga kerja untuk
VOC untuk membangun kota Batavia.
Masyarakat Tionghoa di Batavia pun
membawa pelbagai budaya. Salah sa-
tunya adalah petasan renteng yang di-
gunakan oleh mereka untuk mengusir
roh halus seperti jin, setan, atau iblis.
Petasan Impor
Sejak tahun 1970an, petasan
impor dari Jepang telah dijual
di Jakarta. Pada era 1990an,
petasan asal Tiongkok mulai
mendominasi penjualan pet-
asan di Indonesia.
Infografis/Tommy Kusuma
Media Jaya Edisi 9 2019 59