Page 41 - Media Jaya Edisi 10 2019
P. 41
OPINI
puan, di antara semua perempuan: seorang tasan buta huruf yang mencapai 95% ketika
Dua Tahun budak, di antara semua budak: seorang Republik Indonesia merdeka. Berkat
kolaborasi tersebut, 70 tahun
sahaya yang berkulit hitam. Kepada yang
terhina dan terlemah di antara makhluk-
makhluk-Nya ini, Allah memberikan tem- kemudian, penduduk
buta huruf di neg-
pat di sisi-Nya dan sebuah eri ini tinggal
ua hari jelang Idul Adha lalu, saya hadir ruangan di dalam rumah- 3,7%.
Ddalam rekaman video selamat Lebaran Nya,” tulis Shariati tentang P e ru ba -
Kurban di ruang yang biasa Gubernur DKI Hajar Ismail, rumah dan han paradigma
Jakarta Anies Baswedan menerima tamu. makam Hajar di dekat atau cara ber-
Setelah membaca naskah, doktor Northern Ka’bah. Kubus hi- pikir tersebut kini
Illinois University, Amerika Serikat ini ber- tam yang dibangun tampak dalam kes-
tanya, “Apa makna Idul Adha sebenarnya?” Nabi Ibrahim serta eharian hidup di Ibu
Saya menjawab, “Pengorbanan Ibrahim dan Ismail, tempat tawaf dan ki- Kota. Papan-papan in-
keikhlasan Ismail.” “Sebenarnya ada satu blat umat Islam. formasi transportasi publik
lagi dan itu sering dilupakan: seorang perem- Perspektif seperti itu yang jarang dibuat Forum Diskusi Transporta-
puan, Hajar. Padahal haji itu untuk memper- saya dapati dari seorang pemimpin di neg- si Jakarta (FDTJ) dan komunitas kreatif
ingati Hajar,” ujarnya. “Wah, Bapak Haji – Ali eri ini. Anies misalnya mencerap ide Mar- Kreavi di halte-halte Jalan Sudirman, leng-
Shariati sekali,” kata saya. “Ya, sekarang mari cus Foth, profesor informatika kota dari kap dengan penunjuk jalan dan petanya. Mu-
kita mulai taping!” ajak mantan Menteri Pen- Queensland University of Technology, Aus- ral dilukis anak-anak muda hingga seorang
didikan dan Kebudayaan serta Rektor Univer- tralia tentang pemerintah sebagai kolabo- perupa Jerman di Terowongan Kendal yang
sitas Paramadina ini sambil tersenyum. rator dan masyarakat sebagai co-creators disulap dari jalan kendaraan menjadi arena
Siang itu ingatan saya langsung melay- dalam City 4.0. Kolaborasi tersebut menjadi pejalan kaki dengan lampu warna-warni.
ang ke buku Haji – Ali Shariati, doktor so- pola interaksi warga dan pemerintah provin- Bank sampah berkembang di mana-mana,
siologi Sorbonne University, Prancis yang si dengan tagline Jakarta Maju Bersama. dari sekolah hingga permukiman. Bahkan
dianggap aktor intelektual di balik Rev- Pemerintah bukan lagi sekadar administra- delapan perusahaan digital, di antaranya
olusi Iran pada 1979. 40 tahun kemudian, tor, penyedia jasa, atau fasilitator; seperti Grab dan Gojek, bekerja sama dengan Pem-
seorang pejabat mengingatkan isi buku yang masyarakat tidak hanya sebagai penduduk, prov DKI Jakarta, dari melatih pengusaha ke-
bergelora pada masa muda saya tersebut. konsumen, atau partisipan; dalam relasi City cil sampai menjerat penunggak pajak.
Sungguh mengesankan, terutama tentang 1.0, 2.0, serta 3.0. Perubahan mindset pun terlihat dalam
sosok Hajar. Seorang budak hitam asal Ethi- Yang unik, cucu pejuang AR Baswedan kebijakan Gubernur selama dua tahun
opia milik istri Nabi Ibrahim, Sarah. Perem- ini kerap mengingatkan sebuah foto Presiden terakhir. Selain trotoar diperluas bagi pe-
puan yang tujuh kali bolak-balik berlari dari Soekarno sedang berpidato di Alun-alun Yo- jalan kaki, jalur sepeda pun dibuat. Dengan
bukit Safa ke Marwa untuk mencari air buat gyakarta pada 1948. Di bagian belakang demikian lebar jalan untuk kendaraan prib-
bayinya, Ismail, di tengah gurun gersang. foto itu terlihat poster bertuliskan: “bantulah adi berkurang, sehingga kalangan menen-
Tuhan mengabadikan perjuangan Hajar ini usaha pemberantasan buta huruf”. Ternyata, gah ke atas mau menaiki angkutan umum
dalam ritus sai ketika ibadah haji atau umrah. 71 tahun lalu, pemerintah sudah meminta yang sudah nyaman, seperti MRT dan bus
“Di antara semua manusia: seorang perem- masyarakat untuk membantu pemberan- TransJakarta. Rumah DP Rp 0 dibangun,
agar warga menengah ke bawah bisa me-
miliki hunian layak tanpa harus membayar
uang muka. Berbagai kartu buat masyarakat
prasejahtera diberikan, baik kepada pelajar,
mahasiswa, lansia, pekerja, maupun penyan-
dang disabilitas. Wilayah ganjil genap diper-
luas dan ditambah jamnya, sehingga polusi
udara menurun, kemacetan berkurang, serta
meningkatkan penumpang transportasi pub-
lik.
“Maju kotanya, bahagia warganya” tak
cuma isapan jempol. Pemerintah bersama
masyarakat berusaha mewujudkannya.
Tetapi “kerja belum selesai, belum apa-apa”,
kata Chairil Anwar dalam sajaknya, Krawa-
ng-Bekasi.
(Ramdan Malik)
Media Jaya Edisi 10 2019 41