Page 14 - media_jaya_03_2014
P. 14
mampu membenahi waduk Pluit untuk mengembalikan fungsinya dan
membangun taman di sekitarnya, serta merelokasi warga ke rusun yang
lebih layak, tanpa perlawanan berarti dari ribuan warga yang puluhan laku lampah terpuji dan selalu
ingat “Jalan Kembali”, mata dan
tahun mengokupasi lahan waduk. Juga, Jokowi bisa menertibkan PKL
Tanah Abang secara damai. Letupan amarah warga memang sempat terjadi telinganya seakan bukan miliknya.
tapi semua terselesaikan “dengan diplomasi makan siang, atau diplomasi di Matanya melihat jauh seakan
menembus ruang dan waktu, dan
meja makan”, begitu istilah pers.
Namun, orang tua dan kalangan sepuh menyebut semua itu bukan telinganya bisa mendengar teriakan
hanya karena strategi jitu dan piawainya cara pendekatan. Ada campur yang lirih, bahkan yang tak
tangan lain yang berperan. God’s hand ! Termasuk ketika ia menang dalam diucapkan sekalipun. Dan Jokowi
sebagai pemimpin seolah sempat
Pemilihan Presiden Juli 2014 yang lalu. Inilah pesona lain yang tidak kasat
mata. Ada namun tiada, tiada tapi menjelma.
menangkap terikan-terikan pilu
Insan yang menempuh “jalan sunyi”, atau yang ajeg menjalani
rakyat dengan segenap harapan-
harapannya.
Kata nenek-nenek kita,
pemimpin sederhana, jujur,
dan tulus, bisa terangkat untuk
menempati posisi insan yang
memiliki daya linuwih (lebih)
itu. Maka, melihat dan merunut
perjalanan karier Jokowi, mulai
dari Loji Gandrung, Solo (rumah
dinas walikota), hingga Balaikota
Jakarta, lalu ke Istana Negara,
ada hal-hal yang memang cukup
mencengangkan, walau dalam
banyak hal tampaknya melalui
perhitungan yang tepat, karena
Jokowi sendiri acap mengatakan
bahwa semua mesti dikaji dulu dan
dikalkulasi.
Betapapun cermatnya kajian
14
Media Jaya l Nomor 03 Tahun 2014