Page 41 - Media Jaya Edisi 11 2019
P. 41

OPINI


                                              perjalanan reportase yang mengajarkan be-  Mulailah dari hal-hal yang tampak seder-
                       Banjir                 tapa kompleks persoalan banjir di Ibu Kota.   hana,  tapi penting  bagi kehidupan
                                                                                           kita semua.  Misalnya dengan
                                              Dari vila-vila mewah di kawasan Puncak,
                                              sampah yang mulai  menggunung be-
                                                                                                  sehingga tak lang-
                                              gitu melewati Depok memasuki wilayah            menampung air hujan,
                                              Jakarta, hingga  kali yang                             sung    mem-
                ari masa kanak  hingga  mahasiswa,   menghitam menuju areal                           banjiri  sun-
                saya tinggal di rumah orangtua yang   Kota Tua.                                      gai.  Atau tidak
           Dlangganan banjir. Di tepi Jalan Asem   Ada  ketidakpedulian                              membeton  se-
           Baris Raya nan riuh, di Kelurahan Kebon Baru   lingkungan di sana.                       luruh bangunan
           dengan gang-gang kampung bagai labirin.   Daerah resapan air                            rumah,  sekolah,
           Kendati merupakan bagian Kecamatan Tebet   hujan  di hulu  Cili-                        serta kantor, den-
           di Jakarta Selatan, Kebon Baru tak sekeren   wung dirambah pem-                        gan menyisakan ta-
           wilayah Tebet Timur di seberangnya yang   bangunan vila, selain sun-                 nah sebagai  pori-pori
           dibatasi rel kereta. Tebet identik dengan   gai menjadi tong sampah raksasa       untuk  menyerap air  hujan.
           permukiman kelas menengah ke atas, sedan-  warga  kota. Untunglah muncul sosok-  Tanpa kesadaran publik tersebut,
           gkan Kebon Baru tempat tinggal wong cilik   sosok inspiratif semacam Chaerudin, yang   Jakarta akan terus kebanjiran. Apalagi
           dengan simbol budaya populernya yang dulu   berjuang membersihkan Kali Pesanggrahan   penurunan permukaan tanah kian mempri-
           juga tinggal di sana: Rhoma Irama.  di sekitar Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Saya   hatinkan, akibat ketamakan manusia dalam
              Rumah sang raja dangdut persis di depan   menyaksikan  sendiri  kemarahan  Bang Idin   menggunakan air tanah, terutama di bangu-
           Kali Ciliwung. Bila musim hujan biasanya ikut   yang putra Betawi ketika berpatroli sungai,   nan-bangunan pencakar langit. Air laut pun
           kebanjiran, seperti kediaman kami yang ter-  tiba-tiba ada plastik berisi sampah menclok   naik, akhirnya banjir tak terhindari.
           genang air coklat. Jika hujan telah reda, air   di perahu karetnya. Pelakunya entah siapa,   Sadar masalah banjir di Ibu Kota bukan
           pun perlahan susut. Saat itulah kami sekelu-  yang jelas dilempar orang dari jalan raya di   hanya persoalan Jakarta, Kementerian Peker-
           arga sibuk membersihkan lumpur atau sam-  atas kali.                  jaan Umum dan Perumahan  Rakyat (PUPR)
           pah yang turut masuk rumah bersama aliran   Perilaku  membuang sampah semba-  sedang membangun Bendungan Ciawi di
           bah. Dingin,  kotor, dan lelah.  Itulah yang   rangan yang diamuk Bang Idin memang   Gadog, Bogor, Jawa Barat. Salah satu solusi
           kami rasakan kalau banjir datang. Rasa yang   mewakili kemarahan  kita semua.  Lihat  saja   yang diharapkan dapat mengatasi banjir Ibu
           terus berkecamuk saat melanjutkan sekolah   tas-tas plastik berisi tumpukan sampah yang   Kota di wilayah hulu ini ditargetkan akan se-
           ke SMP 3 di Manggarai dan SMAN 8 di Bukit   digeletakkan begitu saja pada tengah malam   lesai pada akhir 2020. Sementara itu, di ba-
           Duri yang sama-sama dekat Ciliwung.  atau  dini  hari,  oleh  “maling-maling” ling-  gian hilir, Kementerian PUPR serta Pemprov
              Pengalaman masa kanak  hingga muda   kungan di permukiman, tepi-tepi jalan, dan   DKI juga membangun tanggul raksasa (giant
           tersebut yang mengendap ketika sebagai   pinggir  sungai. Di tengah keprihatinan itu,   sea wall) di Jakarta Utara dalam proyek Na-
           wartawan televisi dahulu sempat menyusuri   Bang Idin adalah teladan yang lebih memilih   tional Capital Integrated  Coastal Develop-
           Sungai Ciliwung, dari hulunya nan jernih di   menyalakan pelita daripada mengutuk keg-  ment (NCICD).
           Telaga Warna, Bogor, Jawa Barat, sampai hil-  elapan. Kesadaran warga masyarakat yang   Pembangunan untuk mengatasi banjir di
           irnya di Luar Batang, dekat Pelabuhan Sunda   telah menjadi praktik keseharian hidup sep-  Jakarta membutuhkan waktu lama dan biaya
           Kelapa, Jakarta Utara. Sekitar 120 kilometer   erti itu yang kita butuhkan sekarang.   besar,  semisal  dalam membebaskan  lahan
                                                                                 demi membuat sodetan. Sambil menunggu
                                                                                 pemerintah pusat maupun daerah menyele-
                                                                                 saikan proyek-proyeknya, warga masyarakat
                                                                                 ada baiknya menghentikan kenyinyirannya.
                                                                                 Kalau Anda menumpahkan tanggung jawab
                                                                                 masalah mengatasi banjir hanya kepada se-
                                                                                 seorang, sementara untuk mendisiplinkan
                                                                                 diri sendiri saja susah dalam hal membuang
                                                                                 sampah, Anda telah berbuat tidak adil. “Ber-
                                                                                 sikap adillah sejak dalam pikiran. Jangan
                                                                                 menjadi hakim bila kau belum  tahu duduk
                                                                                 perkara yang sebenarnya,” wasiat sastrawan
                                                                                 Pramoedya Ananta Toer.



                                                                                                             (Ramdan Malik)



                                                                                    Media Jaya Edisi 11 2019   41
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46